Kuningan Melesat Dengan Puisi Esai
Oleh Gol A Gong
Puisi sebagai bagian dari sastra, dalam perjalanan panjangnya selalu memiliki celah untuk diinterupsi. Dari angkatan ke angkatan pujangga, sejak 1920 hingga sekarang, puisi selalu menyediakan ruang diskursus yang asyik untuk didiskusikan, baik dari gaya penulisan (intrinsik) yang baru atau penyairnya (ekstrinsik).
Begitu juga dengan puisi esai yang dipelopori Denny JA pada tahun 2012. Setelah melewati masa pancaroba, puisi esai terus eksis dengan gerakannya, merambah Asean hingga ke Mesir. Di berbagai daerah muncul komunitasnya. Hingga pada puncaknya puisi esai “diakui” oleh negara.
Puisi esai menjadi satu frasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dalam KBBI puisi esai memiliki arti ragam sastra berisi pesan sosial dan moral melalui kata sederhana dan pola tertulis berbait-bait, berupa fakta, fiksi, dan catatan kaki. Sebuah pencapaian yang membuktikan bahwa puisi esai mulai diakui sebagai bentuk sastra yang sah dan memiliki tempat dalam khazanah sastra Indonesia.
Fenomena puisi yang berjarak dengan masyarakat, yang dulu sering dianggap sulit dan eksklusif, akrobatik kata-kata, permainan tipografi belaka, dan hanya dimengerti oleh si penyairnya saja, kini dapat dijembatani dengan mudah oleh puisi esai.
Puisi esai dengan bahasa yang lugas dan prosaik menawarkan kejelasan dalam penyampaian, sehingga mudah dipahami maksudnya. Dengan kata lain, puisi esai menjadi jalan masyarakat awam yang bukan penyair untuk lebih dekat dengan puisi. Puisi esai menjadikan puisi berdiri sebagai bentuk sastra yang inklusif, lebih dekat dengan kehidupan masyarakat dan ada faktanya. Ketika banyak karya tulis yang diragukan kebenarannya menjejali jagat maya, apakah itu hoaks atau menjiplak, puisi esai mencoba mewarnai dengan berangkat dari fakta.
Masyarakat awam yang bukan penyair juga tak perlu lagi takut untuk menulis puisi. Mereka dapat mengekspresikan perasaan, gagasan, rasa empati dan pemikiran kritis mereka dengan cara yang lebih mudah diterima dan dipahami oleh banyak kalangan. Sebab puisi esai bersumber dari berita di media massa yang menyuguhkan fakta dan fenomena sosial yang terjadi di sekitar. Soal estetika dan kedalaman makna, bagi saya puisi esai juga sebagai tangga untuk naik tingkat ke tingkat yang lebih tinggi lagi nilai estetikanya.
oOo
Gelaran Puisi Esai di Kabupaten Kuningan adalah kerjasama pertama saya sebagai Duta Baca Indonesia dengan Denny JA Foundation serta Sekolah Alam Bratakasian sebagai penyelenggara. Bertempat di Hotel Purnama Mulia selama 21 sampai 23 Februari 2025, saya menjadi narasumber. Melatih 50 peserta yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, guru, dosen, hingga ibu rumah tangga menulis puisi esai mini 500 kata. Hasilnya adalah buku yang sedang Anda baca saat ini. Seluruh peserta dan panitia menulis.
Dengan terbitnya buku kumpulan puisi esai ini membuktikan bahwa puisi esai bukan hanya sekadar eksperimen sastra. Buku ini menjadi pintu gerbang untuk membangkitkan semangat masyarakat agar lebih berani menulis, lebih berani berkarya, dan lebih berani berekspresi dalam dunia sastra.
Ketika pelatihan selesai, semua peserta sepakat membentuk Komunitas Puisi Esai Kuningan. Secara aklamasi menunjuk Saiful Amri sebagai ketua. Komunitas ini mengusung jargon: Puisi Esai, kritis dan dramatis.
Semoga buku ini tidak hanya menjadi wadah untuk menyalurkan kreativitas, tetapi juga sebagai langkah kecil menuju kesadaran bahwa puisi dapat menjadi media yang menyatukan kita semua dalam pemahaman yang lebih mendalam tentang kehidupan dan seni.
Percayalah, setelah mereka semua berani dan mahir menulis puisi esai, tidak perlu menunggu lama, mereka tidak akan takut lagi menulis puisi yang selalu diagung-agungkan itu.
*) Kota Serang, 5 Maret 2025
Reviews
There are no reviews yet.