Chat CS Gong Publishing Sekarang

Antologi Puisi Tarekat Cinta

Rp100.000

+ Free Shipping

Judul Buku: Tarekat Cinta

Penulis: Dahnil Anzar Simanjuntak

Tahun Terbit: Desember 2025

SKU: 400 Category:

Puisi adalah bahasa kalbu dan dengan demikian sebenarnya setiap orang bisa berpuisi. Hal yang membedakannya adalah apakah seseorang itu berani mengutarakannya atau cukup di- pendam dan dinikmati oleh dirinya sendiri? Para penyair adalah orang-orang yang berani mengungkapkan bahasa kalbu itu dan pada akhirnya publik melegitimasi bahwa puisi adalah milik para penyair. Maka, jika ada seseorang di luar lingkaran penyair me- nuliskan puisi dan menyebarluaskannya ke khalayak tentu ada begitu banyak pertimbangan dan alasan.

Hal ini terjadi pada seseorang yang bahkan mungkin orang- orang tidak menyangka bahwa setiap luang waktunya dia me- nulis puisi. Orang itu tidak lain adalah Dahnil Anzar Simanjuntak, atau saya kerap menyapanya dengan Bro Dahnil. Jauh sebelum dia menjadi Wakil Menteri Haji dan Umrah, saya mengenalnya sebagai dosen ilmu ekonomi di Untirta. Banyak buku yang sudah dituliskannya dan itu selalu menyangkut dengan persoalan eko- nomi. Buku yang membahas soal ‘ekonomi rente’, ‘politik rente’ atau semacamnya adalah ciri khas yang orang tahu darinya. Saya pun tidak menyangka bahwa di balik kesibukannya ternyata dia asyik menulis puisi.

Sebagai sosok publik figur, terbayang dalam setiap detiknya pikiran Dahnil tentu terkuras soal aktivitas kenegaraannya ter- sebut. Namun, di tengah kesibukannya rupanya dia mampu me- nerbitkan sekumpulan puisi. Hal ini jika dikaitkan dengan teori yang disampaikan oleh Bourdieu berjudul Distinction: A Social Critique of the Judgement of Taste (Harvard University Press, 1984), bahwa selera seseorang menyukai hal yang estetis, dalam hal ini puisi, ditentukan oleh habitus dan modal budaya yang di- bawa seseorang. Jadi, ketika seseorang tiba-tiba menyukai dan menulis puisi di tengah kesibukannya yang lain itu berarti adalah perubahan habitus atau pengaruh sosial tertentu. Hal yang saya lihat dari Dahnil adalah dia sudah membawa nilai budayanya sendiri dan peristiwa sosial yang dialami.

Pada saat pertama kali Dahnil berdiskusi dengan saya soal puisi dan ingin membukukan puisinya, saya pikir dia sedang bercanda. Namun, ketika dia memberikan kumpulan tulisan puisinya jelas saya kaget. Ternyata memang dia serius ingin membuat buku puisi dan jelas saya meresponsnya dengan antusias karena ini adalah hal yang unik.

Dahnil memberikan kumpulan puisinya kepada saya dengan judul ‘Tarekat Cinta’ yang ditulisnya sejak tahun 2022 dan ketika saya baca apa yang ditulisnya memang merupakan perjalanan hidup dan kisah cintanya. Ketika saya detail membaca puisinya, ada getaran yang hebat dalam dirinya yang sangat mencintai

sosok bernama Naya. Mungkin ini juga salah satu inspirasinya menulis puisi. Benar apa yang dikatakan Rumi, “dalam cahayamu aku belajar bagaimana mencintai. Dalam kecantikanmu, bagaimana membuat puisi. Kamu menari di dalam dadaku di mana tidak ada seorang pun yang melihatmu, tapi terkadang aku me- lakukannya, dan pemandangan itu menjadi seni ini”. Jadi, kata-kata akan bermunculan dan mencipta dalam bentuk puisi ketika seseorang tengah dimabuk cinta terlepas dari cinta yang bersifat iliahiah ataupun manusiawi.

Jelas saya mendapatkan pelajaran berharga dari puisi- puisinya. Dahnil berusaha memberikan motivasi tentang bagai- mana menyikapi hidup. Memaknai pahit getir dan manisnya cinta serta menyadari bahwa semua adalah jalan yang sudah ditakdirkan oleh Sang Pencipta.

Selamat membaca!

Serang, 2025

Firman Hadiansyah (Kepala UPA Perpustakaan Untirta)

Reviews

There are no reviews yet.

Be the first to review “Antologi Puisi Tarekat Cinta”

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keranjang Belanja